Takdir. entah sejak kapan aku mulai memahami kata itu. Perihal yang sulit kuurai awalnya,lebih-lebih kupahami dengan pemahaman yang syar'i sebagaimana hijab yang telah menyempurnakan statusku sebagai muslimah. Memahami takdir seumpama memahami diri sendiri. Sulit. Namun bukan tak mungkin. sebagaimana rentetan perihal yang kualami, peristiwa demi peristiwa yang terus menerus memaksaku untuk mengira-ngira apa ending-nya, dan mengapa harus aku yang menjadi pemerannya.
Mungkin dua pertanyaan itu terdengar "kekanak-kanakan", dan jujur, aku masih terpaku, masih tergugu, dengan tuduhan-tuduhan mereka padaku. Yang terpikir awalnya ingin membiarkan waktu yang menjawab segala tuduhan yang menyakitkan itu, namun dengan saran seorang sahabat, aku kembali menantang keberanianku sendiri. Mungkin ini serupa jihad, seperti katanya,tapi lagi-lagi, aku masih belum yakin, aku masih membawa perasaanku kemana-mana, sekiranya bisa, aku ingin menyimpan perasaanku disebuah tempat yg aman dulu untuk sementara waktu.Ah lagi-lagi.. aku mendongeng,, bagaimana bisa? Aku memang hanya ingin memikirkan hal yang tidak masuk akal saja saat ini. Logika ini sudah penat, analisisnya terus menerus tergerus. tidak salah kan jika dia tertawa dengan hal-hal mustahil semacam itu?
Begitulah kira-kira, takdir membawaku ke kondisi yang sangat pekat. siangnya serupa malamnya, dan pada malamnya, aku tak mengenali siapa-siapa termasuk diriku sendiri. dikepung kegulitaan. Dan seperti biasanya, aku menyalahkan diriku, aku mencacinya,bahkan mengumpat-umpatnya. dan seperti biasanya pula, aku tak puas. aku memang harus menyelesaikan puzzle yang rumit ini, dan tidak ada yang lebih kubutuhkan pertolongannya selain DIA. Yang paling tahu hakikat peristiwa ini,, Yang paling mengerti hikmah dibalik segala perih dan penat yang tertoreh
Semalam, teman sekosanku membaca sebuah buku disisiku, tak sempat kuperhatikan apa judulnya, aku juga memang tak sedang konsen pada bacaanya yang cukup keras itu. Tapi yang kuingat dia berbicara tentang do'a.. Do'a yang merupakan benteng kekuatan bagi seorang muslim. Aku tertarik dengan kalimat itu. Bukannya tak pernah mendengarkannya. bahkan, sudah berkali-kali, bahkan akupun sering berceloteh tentang itu. Tapi, kali ini kalimat itu terasa lain, seperti memang khusus ditujukan padaku. dan aku seperti menemukan salah satu keping puzzle yang hilang, meskipun puzzle ini belum utuh dan sempurna, setidaknya, nasehat tentang do'a telah menamatkan sedikit kepesimisanku. mudah-mudahan ada jawaban dibalik do'a-do'aku.. yang tentu akan hadir setelah kumelangitkannya di penghujung Ramadhan kali ini..
Rabb,, pintaku kali ini tak banyak.. "Sabarkan aku .."
Abdesir, 1 Agustus 2013
Aamiin:)
BalasHapus